Oleh Poempida Hidayatulloh
Niat Presiden SBY untuk menciptakan pemerintahan yang kuat telah terbukti mengalami berbagai kendala politis, dengan mencuatnya mega skandal Bank Century. Peran partai koalisi pendukungnya pun tidak dapat dikoordinasikan dengan rapi hanya dengan mengandalkan peran dukungan Fraksi Partai Demokrat dengan jumlah kursi terbesar di Parlemen. Landasan perbedaan gerakan politis partai-partai pendukung koalisi ini dimotifasi oleh berbagai persepsi politis yang berbeda-beda. Jika dibiarkan berlarut-larut seperti ini, maka peran fraksi oposisi (yang bukan pendukung koalisi) akan semakin siginifikan. Konsekuensinya tentu Partai Demokrat akan menjadi lemah selama pemerintahan ini berjalan. Jelas kemudian di 2014 Partai ini akan kehilangan taringnya.
Berdirinya Sekretariat Bersama Partai Koalisi Pendukung SBY, beberapa hari silam, semakin menunjukan kepiawaian SBY sebagai Politisi untuk mengikat komitmen para partai pendukungnya. Ketua Sekber Koalisi ini depegang langsung oleh SBY, Ketua Harian oleh Bang Ical (Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar) dan Sekretarisnya adalah Bang Syarief Hasan. Yang belum tersirat dengan jelas adalah tujuan di balik pembentukan sekretariat bersama ini.
Dari struktur kepengurusan teras yang terbentuk SBY secara jelas memberikan kepercayaan besar kepada Golkar. Sehingga dapat disimpulkan aliansi Partai Demokrat dan Partai Golkar sudah tentu mengarah kepada suatu kerjasama permanen. Banyak analisa mengatakan bahwa peran Bang Ical dan Golkar akan semakin signifikan dalam peta perpolitikan Indonesia, bahkan Bang Ical diprediksi akan membayangi peran Boediono sebagai Wapres.
Saya pribadi kurang setuju jika dikatakan Bang Ical akan membayangi peran Boediono sebagai Wapres. Karena lembaga Sekber Koalisi ini tidak dalam konteks struktur Tata Negara kita. Memang Wapres Boediono bukan orang politik. Namun jabatan yang dipimpinnya sangat politis dan dapat mempunyai kekuatan politik jika Beliau memanfaatkannya. Tapi di lain pihak jabatan yang diemban Bang Ical sangat strategis dan akan sangat mewarnai perpolitikan Indonesia ke depan.
Sekedar kilas balik, saya jadi ingat sejarah terbentuknya Golkar. Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), sebelum menjadi Partai GOLKAR, bermula berdiri di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR kemudian berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.
Saya memang masih mempunyai pertanyaan besar dibalik terbentuknya sekber koalisi ini. Terakhir Sekber Golkar dibentuk Soeharto berkuasa selama 32 tahun. Semoga saja sekber koalisi ini dibentuk untuk menunjukan komitmen SBY untuk menciptakan pemerintahan yang efektif. Sehingga Rakyat Indonesia segera dapat menikmati pembangunan manusia seutuhnya yang cepat dan martabat. Bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kekuasaan dan membangun politik kartel. Selamat Pak SBY! Selamat Bang Ical! Selamat Bang Syarief!
Ah, Poempida ini sok teu, tidak berprinsip.posisi mengambang, ga jelas.
Prinsipnya hanya satu, cari posisi untuk cari makan perutnya masing2. Politikus muda kayak kacang gini mah mudah2an segera berlalu. Politisi karbitan TV one yang notabene disetir bang ical dan partainya.
Mudah2an loe selamat dunia akherat aja deh . . . Amin.
Mudah2an segera insyaf, kasian emak loe yang udah bangga2-banggain elo.
Ha ha ha ….. terima kasih Bung Rudi atas komennya. Sangat menggugah saya. Baru sadar saya bahwa saya disetir oleh Bang Ical. Tapi kenapa saya tidak masuk Kepengurusan DPP nya Bang Ical ya? Bukankah Munas Golkar yang lalu saya dukung Surya Paloh dan ingin Golkar Independen, dan saya tetap konsisten seperti itu. Dalam tulisan saya mengenai Sekber Koalisi ini, saya mencoba mengingatkan dan menyindir semua ybs untuk tidak menciptakan suatu politik kartel dan hanya berorientasi kekuasaan. Makanya saya bernostalgia ttg berdirinya Golkar dan berkuasanya Soeharto selama 32 tahun. Semoga saja yang demikian tidak kejadian lagi. Mohon dibaca lebih baik. Tapi prinsip saya kita mengkritisi tidak berdasarkan suatu prejudice. Kita lihat dan pantau dulu kinerjanya. Saya ini pengusaha tidak cari uang dari negara atau cari uang dari partai. Insya Allah saya Independen. Salam persaudaraan, Poempida.