Oleh Poempida Hidayatulloh
Menjelang tanggal 20 Mei 2010, Hari Kebangkitan Bangsa, marilah kita semua berintrospeksi mengenai peradaban Bangsa ini yang telah dibangun selama ini. Masihkah kita memiliki budaya berkebangsaan yang beradab? Masih adakah militansi kebangsaan di Negeri ini? Merdeka kah Republik ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas bukanlah suatu pesimisme yang selalu mengiang di benak saya. Namun lebih mengarah kepada suatu proses penggalian fakta agar membuka mata kita semua dan senantiasa waspada akan tantangan-tantangan yang akan dihadapi Bangsa ini ke depan.
Wajar jika seorang Poempida merasa galau tentang situasi seperti ini. Sekedar kilas balik saja, menurut cerita kawan saya Boni Hargens, Presiden SBY pernah menyampaikan bahwa “Jika tidak suka Globalisasi, Jangan Pakai Blackberry”. Pernyataan seperti ini adalah pernyataan yang sangat menkhawatirkan, apalagi dari seorang Presiden. Perlu diingat bahwa dampak globalisasi tidak hanya dalam sektor perekenomian saja tapi juga dalam sektor budaya yang kian hari identitas budaya Indonesia menjadi kian pudar.
Budaya adalah Panglima! Inilah semangat dan idealisme yang diangkat dan dijunjung oleh Kabinet Indonesia Muda, suatu kabinet bayangan yang menyuarakan oposisi, yang saya bentuk bersama dengan teman-teman aktifis dan politisi muda yang mempunyai kesamaan pemikiran tentang pembangunan Bangsa mendatang. Hanya dengan budaya kepemimpinan yang baiklah Bangsa ini akan menjadi Bangsa yang mandiri dan bermartabat.
Jaman sekarang adalah jaman buka-bukaan, hanya sekedar untuk menjatuhkan lawan politik, semua aib dibuka. Sehingga wibawa dari para elit Bangsa menjadi hilang. Sangat sulit mencari soko guru kepemimpinan. Semua nampaknya punya salah. Memang benar bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, namun masalahnya di dalam politik kesalahan satu titik bisa mencuat menjadi satu isu raksasa yang tidak terkendali.
Langkah-langkah yang resiprokal tentang buka-bukaan tadi memang didasari oleh kepentingan kelompok yang sangat kental. Secara tidak disadari terjadi suatu proses secara natural dan sistemik yang memunculkan borok-borok dari elit Bangsa ini. Dan bermunculanlah bangsat-bangsat baru. Sungguh ironis, Kebangkitan Bangsat menjelang peringatan hari Kebangkitan Bangsa.