Politisi harus seperti tikus, tidak terasa jika menggigit. Inilah Pernyataan dari ketua umum Partaiku, Golkar, Bang Ical, yang kini menjadi buah bibir para elit politik belakangan ini. Kritikan pun banyak melayang ke Bang Ical mengenai statement ini, alasannya bahwa tikus itu banyak diidentifikasikan dengan koruptor.
Dalam masalah ini saya ingin sedikit menggarisbawahi bahwa secara empiris tidak benar tikus selalu diidentifikasikan dengan koruptor secara metafora. Buktinya apa? Yang sederhananya saja, tokoh kartun yang paling terkenal dan digandrungi oleh anak-anak sedunia adalah tikus, tepatnya Mickey Mouse. Secara image Mickey adalah tikus yang baik dan lucu. Jauh dari image buruk apalagi korupsi. Sioh Tikus dalam Budaya Cina pun, identik dengan figur yang cerdas dan dapat “survive” dari ancaman bahaya seperti kucing dan anjing. Bahkan tidak hanya itu saja, Sioh Tikus adalah pemenang balapan yang mengalahkan Naga sekalipun.
Di era 80an sempat muncul juga film kartun yang menampilkan pahlawan super, Mighty Mouse. Pahlawan super tikus ini juga pembela kebenaran dan selalu membela yang lemah.
Jangan juga dilupakan tokoh tikus, bernama Jerry, dalam fillmseri kartun “Tom and Jerry”. Di mana kita selalu simpati pada tokoh tikus itu yang selalu “dizolimi” oleh tokoh kucing, Tom.
Nah jika demikian, lalu apakah kita bisa memberikan vonis secara empiris, bahwa tikus itu identik dengan koruptor.
Hikmah yang ingin saya ambil dalam isyu statement Bang Ical kali ini, adalah bahwa di dalam politik itu selalu ada dua persepsi yang berbeda ibarat 2 sisi mata uang yang berbeda. Perbedaan ini akan lebih parah lagi jika terjadi benturan kepentingan dan ekstrimifikasi.
Mungkin benar,namun semua “kebaikan” tikus tersebut hanya ada dalam dunia fiksi. Di rumah-rumah rakyat, tikus benar2 menjadi musuh karena kelakuannya sebagai binatang pengerat, lihai bersembunyi di tempat sempit sekalipun, dan seringkali buang kotoran sembarangan.
Bang Ical mungkin tidak salah, hanya lupa bahwa berhati2 berkata dan mengeluarkan statemen adalah juga penting. Akibatnya, ya orang2 seperti Bang Poempida dll di Golkar mesti kasak kusuk mencari referensi sekadar membenarkan pendapat bang Ical yang terlanjur melompat.
Oke, Bang Poempida,,,,, sukses selalu!!
Jabat erat!
sayangnya buat mereka prinsip utama adalah memakmurkan diri sendiri sebelum rakyatnya yang notabene mewakilkan kepercayaan kepada anggota dewan yg terhormat…