Usulan Mendagri, Gamawan Fauzi, untuk mempersenjatai Satpol PP, ditolak oleh Presiden. Ini nampaknya blunder berikutnya yang dibuat oleh mantan Gubernur Sumatera Barat. Pak Gamawan adalah kawan baik saya. Selama menjadi Gubernur saya cukup berrhubungan baik dengan Beliau. Namun sejak Beliau dilantik menjadi Menteri, kami hanya berjumpa 1 kali saja di acara Hipmi.
Berdasarkan pengalaman yang sebelum-sebelumnya, memang Mendagri selalu dijabat oleh mantan-mantan Perwira dari TNI. Mungkin pertimbangannya dikarenakan selain harus menangani hal-hal yang bersifat administratif tetapi juga harus paham secara mendalam mengenai masalah-masalah teritorial yang bersinggungan dengan sektor sosial dan politik.
Kali ini, seorang Gamawan, yang tidak berlatar-belakang militer menjabat di posisi ini. Tantangan dan beban tentu sepenuhnya berada dipundak Beliau. Namun ketika Beliau menerima posisi tersebut berarti Beliau sudah sepenuhnya siap untuk menghadapi segala konsekuensi dan resiko yang melekat dengan jabatan tersebut.
Sebagai seorang yang bergelut dibidang usaha security selama 10 tahun terakhir ini. Saya menilai, Pak Gamawan sama sekali tidak paham tentang arti pengamanan. Kenapa demikian? Kalau senjata diidentikan dengan pengamanan, maka salahlah konsep yang dibuat. Senjata yang paling ampuh dalam pengamanan adalah informasi dan komunikasi, tentunya.
Mempersenjatai Satpol PP sama saja dengan membentuk angkatan bersenjata ketiga setelah TNI dan POLRI. Jika TNI dan POLRI harus dilatih dengan sangat disiplin dan keras untuk dapat memegang senjata, bagaimana syaratnya untuk Satpol PP yang dalam hal ini berstatus sipil?
Tidak sembarang orang dapat menangani senjata. Orang tersebut selain harus paham tentang senjata harus juga mempunyai skill untuk menggunakan, menyimpannya dan mengamankannya. Selain daripada itu seseorang dapat diberikan ijin memakai senjata jika secara mental dan psikologinya sudah teruji.
Tanpa senjata terjadilah peristiwa KOJA yang memakan banyak korban. Apa jadinya kalau Satpol PP itu diberi senjata? Potensi munculnya kericuhan baru yang memakan banyak korban akan senantiasa terjadi lagi. Siapa kemudian yang akan bertanggung jawab. Pak Gamawan siap untuk itu?
Pak Gamawan berdalih, bahwa bila para petugas Satpol PP ini berguna dan berhasil tidak ada yang berterima kasih. Apakah itu jadi alasan yang tepat untuk mempersenjatai mereka? Para petugas Satpol PP ini sudah seharusnya paham tentang resiko pekerjaan yang mereka hadapi. Kalau tidak siap sebaiknya jangan dipaksakan, bisa fatal akibatnya. Yang seharusnya berterima kasih kepada Satpol PP ini adalah para pejabat yang telah didukung kebijakannya, berikan mereka imbalan yang menarik agar lebih sejahtera, jangan diberikan senjata.
Perlu juga para petugas Satpol PP ini di training ilmu komunikasi yang baik sehingga tidak terjadi lagi kesalahan komunikasi seperti yang terjadi di KOJA.
Oleh Dr. Poempida Hidayatulloh