Siapa yang cinta damai? Jika ada pertanyaan seperti ini pasti semua (semoga saya tidak salah) akan mengiyakan. Jawaban serupa pun akan didapatkan, meski pertanyaan tersebut dilontarkan di suatu daerah yang tengah terjadi konfilk. Walaupun pada saat konflik orang selalu mempunyai alasan “tapi” sehingga terjadi konflik.
Kata “damai” ini memang sangat positif. Semua orang pasti mau teridentifikasi ataupun terafiliasi dengan kata “damai”, apalagi ditambah dengan kata “cinta damai”. Norma dan Persepsi yang ada dalam diri manusia yang beradab pada umumnya menilai bahwa “cinta damai” itu wajib adanya dalam peradaban modern ini.
Kedamaian adalah dambaan dari nurani setiap orang. Dengan kedamaian segala sesuatu yang positif bisa terlaksana. Dengan kedamaian setiap orang tua dapat membesarkan dan mendidik anaknya dengan baik dan membina keluarga yang sakinah. Dengan kedamaian, pembangunan suatu Bangsa akan dapat kebih fokus dan cepat mencapai tujuan. Dan masih banyak lagi hal positif yang didapat dari kedamaian.
Sungguh sangat disayangkan, jika dalam peradaban modern ini, konflik masih banyak terjadi. Hal ini memang sangat dilandasi oleh emosi, egoisme dan persaingan kepentingan. Sebenarnya dengan membangun semangat kompetisi dan persaingan yang sehat dengan pendekatan toleransi dan “tepa selira”, konflik akan terhindar. Namun jika persaingan kepentingan yang emosional dan egosentris sudah meradang sangatlah sulit untuk mencapai pengertian tersebut. Sehingga kata “damai” yang secara universal positif, bisa menjadi terbalik. “Damai” dalam suatu konflik bisa bermakna “menyerah” atau bahkan “kalah”. Lalu bagaimana menyelesaikan suatu konflik, jika “damai” sudah tidak diinginkan lagi?
Guru Besar saya, Bapak Jusuf Kalla (JK) yang memang sudah dikenal sebagai Juru Damai daerah-daerah Konflik menyampaikan kepada saya berulang kali, bahwa “damaikan konflik tanpa kata damai”. Yang paling penting adalah esensi perdamaiannya terjadi.
Memang benar, jika kita pelajari dengan seksama, semua perjanjian perdamaian yang di Inisiasi oleh Pak JK, tidak tercetus satu kata damai pun di dalamnya.
Sungguh mengagumkan Pak JK, Rakyat sangat rindu dengan Bapak!
Oleh Dr. Poempida Hidayatulloh
[…] This post was mentioned on Twitter by Berlian Rakhmat, Summaya Ilham Nur A, Summaya Ilham Nur A, Indra J Piliang, PoempidaHDjatiutomo and others. PoempidaHDjatiutomo said: Perdamaian Tanpa Kata Damai: http://wp.me/pqhAM-7l […]