Antara Hipnotis dan Sinoptis
Oleh : Sahabat Radius Anwar
“Malu aku malu pada semut merah/yang berbaris di dinding menatapku curiga/seakan penuh tanya/sedang apa di sini/ menunggu pacar jawabku/”
-sepenggalan lagu berjudul Semut Merah yang dinyanyikan oleh Obie Mesahk
The genetate of 90’s song in indonesian era..
Genre film, musik, toys, lifestyle dan segala pernak pernik kenangan yang bangkit memengaruhi sebuah generasi tahun 90an.
Kita akan memcoba fokus pada narasi 90an. Mereka yang hidup dan bermain di tahun itu kisaran 17- 25tahun. Masa dimana pencarian dan sekaligus masa krisis identitas. Ingatan ingatan ini tak kan mungkin bisa dihilangkan, ingatan ini sudah menjadi meme (tiruan) yang menempati ruang ruang yang penuh dengan nuasa romantis, dari masa lalu, kenangan, cinta pertama, kehebohan, narasistik, kekonyolan dalam bentuk kenangan apapun
…seperti sepenggalan lagu tadi itu akan terus meradang di jiwanya.. Ingatan ini akan membangunkan gelora impian di masa lalunya menjadi visi untuk diproyeksikan kuat pada langkah orientasi atas Masa Depan (The Future).
Harapan dan impiannya era 90an belumlah tuntas dan berhenti. Justru kenangan itu akan mengambil momentumnya kembali pada saat fragmen spirit zamannya (zeitgeist), hadir masuk kembali ketika kemapanan umur, prestasi pengalaman hidup
Di tuangkan kembali
Dalam kalimat
.
” apa impian cita cita anda kelak ?”
Yang sekian lama diLupakan olehnya.saat the generate person mewujudkannya ia malah tak menemukan akar kekuatan yang membentuk Masa Depannya itu..
Wajar sekali bila Emanuel Macron digenerete (love) oleh seorang wanita, yang ternyata adalah seorang guru sastranya saat duduk dibangku sekolah..
The generate love (pacar menjadi istri) itu yang mendampingi dan menuntun Macron menjadi seorang Pemimpin Presiden Perancis di usia 49 tahun.
Hal itu tak harus pendamping wanita, bisa rumah, Sekolah. Teman teman, dll. Seperti kenangam Barack Obama, saat ia sekolah dahulu di menteng. Jalan, gedung, taman, dan bisa bioskop. Bisa membangkitkan yang sekian lama menhipnotisnya, mendrivenya kapan pun dan dimanapun dia ibarat jalinan ingatan yang abadi (rantai abadi semiosis) yang disingkirkan diabaikan dan dibiarkan oleh Rezim Lupa (ingatabnya sendiri sebab kecemasan, frustrasi dan rutinitas sehari hari)
Kenangan dan ingatan ini sama halnya bagaikan cukilan cerita latar dalam film (sinoptis) selalu membingkai fragmen hidupnya di masa lalu dengan sangat mengagumkan yang tak kan bisa ia lupakan.
Seperti halnya dengan cinta pertama walau kadang dengan perasaan malu malu 😄
Fragmen kenangan tahun 90an it is too much love will kill you lagu legendaris 90an Queen, era era Slow Rock🤘
Perjalan sang legend pun dpt memotivasi mengenerate potensi bagi si pelupa yang hidup di era kejayaan sang maestro…
Rezim lupa ini yang selalu menghalang halangi pandangannya (Optis)agar tak bisa menghidupan Cinta dan Malu malu itu menjadi sebuah narasi (sinoptik) yang apik dan herois di era era sekarang ini.
Ini sama halnya dengan terus menerus Melupakan Poempida yang punya kenangan yang solid pada sebuah dinding kaca di saat itu ia memikirkan tentang seseorang, dalam ruang kelas, di bangku sekolah sambil tangan memegang tas, degub jantung sedikit berlomba, kapan bell sekolah berbunyi, aku bersama..dalam Lupaku aku diingatkan tentangnya..
–*********–
Bismillah luar biasa..cara menjadi besar amin3x