Anas Hebat, SBY Lebih Hebat Lagi

Anas Hebat, SBY Lebih Hebat Lagi

Oleh Poempida Hidayatulloh

Kongres Partai Demokrat 2010 akhirnya berakhir. Hasil Kongres ini memang saya tunggu-tunggu karena akan menjawab pemetaan politik mutakhir untuk proyeksi 2014. Bung Anas Urbaningrum, sebagai tokoh muda, terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat Periode ini dan mendobrak mitos bahwa Kepemimpinan Politik oleh Generasi Senior adalah sangat dominan. Dengan demikian Bung Anas akan menjadi “trend-setter” bagi kaum muda untuk mulai bangkit dan percaya diri untuk berkompetisi secara fair dengan generasi di atasnya. Selamat kepada Bung Anas.

Banyak orang berpendapat bahwa dengan menangnya Bung Anas dalam perebutan kursi PD1 ini, merupakan kekalahan dari Cikeas. Saya pribadi kurang sependapat dengan penilaian ini. Khusus mengenai Kongres Partai Demokrat ini yang jelas pencitraan politik yang mereka lakukan adalah sangat unggul dibandingkan dengan Partai-Partai Besar pesaingnya.

Menurut analisa saya pasca Kongres Partai Demokrat ini, saya mempunyai keyakinan bahwa Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Pak SBY tidak bermain hanya dengan satu kartu seperti apa yang diklaim oleh Kubu Andi Malarangeng. Jika Edhie Baskoro Yudhoyono, Ibas, mendukung Andi secara terbuka, semata-mata itu adalah dukungan Pribadi Ibas. Dan nampaknya Pak SBY memberikan keleluasaan kepada Ibas untuk belajar politik sendiri. Kubu Marzuki Alie pun ternyata melakukan klaim bahwa SBY membackup kandidatnya. Jadi dalam kasus Bung Anas pun saya sangat yakin Pak SBY memberikan harapan yang sama. Justru sangatlah tidak logis jika SBY bermain hanya satu kartu, karena Beliau dalam posisi “nothing to loose”. Siapa pun yang menang, SBY tetap akan menjadi Ketua Dewan Pembina, posisi yang sangat “powerful” di Partai Demokrat. Jika saya paham benar gaya berpikir Pak SBY, Beliau akan memberikan kesempatan yang sama kepada ketiga kandidat ketum ini.

Lalu apa yang didapat oleh SBY dengan bermain tiga kuda ini? Pencitraan positif! Itulah jawabannya. Pencitraan positif itu dapat saya jabarkan sebagai berikut:

  1. Proses Kongres Partai Demokrat adalah Proses yang demokratis. Bukan sekedar arahan Ketua Dewan Pembina saja. Membuat citra Partai Demokrat semakin baik di mata publik.
  2. Partai Demokrat bukan sekedar Partai Keluarga yang kader-kadernya tidak mempunyai peluang untuk menempati posisi penting di Partai. Ini membuat anak-anak muda dan para aktifis politik akan semakin tertarik untuk bergabung dengan Partai Demokrat.
  3. Tidak terjadi proses perpecahan faksi pasca Kongres, dikarenakan baik para kandidat dan semua pendukung para kandidat pun akan diakomodir untuk mendapatkan posisi yang terhormat.
  4. Proses pembelajaran politik kepada “sang anak” (Ibas) dilakukan secara natural dan bukan melalui proses pemanjaan politik.

Ke empat poin di atas jelas kini didapatkan oleh SBY semuanya. Dan semuanya adalah pencitraan yang positif yang akan sulit didapatkan oleh partai-partai pesaing dalam hal ini.

Memang Anas adalah figur yang paling cocok untuk SBY. Gaya kepemimpinan Anas yang hampir mirip dengan SBY pun akan menjadi nilai tambah tersendiri bagi pencitraan Partai tersebut ke depan.

Lalu, bagaimana nasib Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Anas? Harus diingat bahwa SBY tidak akan melepaskan sepenuhnya pengaruh SBY di dalam Partai ini. Yang jelas Bung Anas harus pandai menari dengan Pak SBY dalam memimpin Partai Demokrat dalam periode ini. Hal ini sudah dilakukan oleh Bung Anas secara terbuka dengan menawarkan Ibas untuk memegang posisi Sekjen Partai Demokrat. Sungguh kombinasi yang menarik.

Visit Poempida’s Journal

4 comments

  1. Tulisan mas poempi dapat membuat orang awam yg tdk bgt faham politik n yg akan berkecimpung di dunia politik jd semangat n ingin bergabung dgn partai demokrat
    Jadi bgm saran mas poempi u/ saya khususnya?
    Apa saya hijrah saja?

    • Saya pikir di dalam politik tidak semuanya pasti. Oleh karena itu konsistensi dalam berpolitik itu juga sangat penting. Namun demikian silakan saja ikuti kata hati masing-masing. Karena politik adalah aspirasi dari suara hati. Semoga saja yang dipilih selalu menjadi pilihan yang terbaik.

  2. Yup! Semua merupakan strategi demi satu tujuan., yang terpenting dalam hal ini adalah niat ikhlas dalam memberikan amanah dana menerima amanah., BRAVO! Apakah Bung Poempida mau ganti warna baju? Hee..,piss…

  3. pesan untuk pal paloh
    rekonsiliasi golkar pasca munas 2004 lambat tetapi tidak ada tanda danda akbar tanjung keluar golkar dan terbukti kini tetap digolkar…
    rekonsisiasi golkar pasca munas 2009 belum terjadi bahkan surya paloh buat “partai bayangan”(ingat golkar awalnya ormas lalu sekber dan jadi partai) NASIONAL DEMOKRAT.
    pesan saya untuk kak pida (kader golkar diNASDEM)sebagai anggota dewan pakar NASDEM
    untuk melakukan rekonsiliasi golkar bersama sebab saya tidak redo dunia akherat bila golkar pecah. yang menang nanti 2014 PD or PDip

    tolong bilang ke pak paloh bukankah kartu anggota golkar beliau lebih tua dari bang akbar, koran nya di sumut diberedel lalu beliau pernah dipecat dari keanggotaan DPRD dan dipenjara oleh “kediktatoran” golkar kenapa tidak saat itu beliau sobek-sobek KTA tersebut saya rasa itu lah saat terburuk hidup beliau tetapi beliau tetap menyimpannya tanda bahwa ia tau kedepan golkar bisa demokratIS coba beliau renungkan kalau saat ini “kediktatoran” golkar masih terjadi bisahkah beliau menjadi ketua “dewan pembina” golkar 2004-2009 dan jadi kandidat ketum golkar 2009.
    semoga tujuan tersembunyi NASDEM adalah membesarkan golkar dan mengembalikan kejayaan GOLONGAN KARYA bukan menggembosi.

Tinggalkan Balasan ke andrieBatalkan balasan